Agresi Militer Belanda 2 (19 Desember-28 January
1949)
Pasca agresi militer 1 kembali pihak RI dan Belanda
berunding diatas kapal USS Renville dengan pengawasan misi PBB Komisi Tiga
Negara (KTN) pada 17 january 1948.Atas dasar kesepakatan yang dicapai dalam
persetujuan Renville tentara republik terpaksa harus mengosongkan daerah
gerilya yang begitu luas,terutama di Jawa Barat dan Jawa Timur.Anggota divisi
Siliwagi daan divisi Brawijaya dihijrahkan ke yogyakarta .Mereka jadi berada
dibelakang garis demarkasi belanda.Hilangnya daerah –daerah kantong gerilya
,jelas menguntungkan pihak Belanda.
Hijrahnya pasukan Republik ke Yogyakarta
menimbulkan kekecewaan dari kalangan pemimpin TNI,bahkan ada yang meminta
berhenti sebagai ungkapan protes.Letjen Oerip Soeharto Soemohardjo dan
Mayjen.Didi Kartasasmita menentang keras pelaksanaan hijrah tersebut.Hal itu
berujung dengan pengunduran diri Letjen Oerip Soemohardjo dari
jabatannya.Dengan demikian timbullah restrukturisasi dikalangan TNI.
Didalam tubuh pemerintahan RI sendiri terjadi
kegoncangan dengan bergantinya Kabinet Amir Syarifuddin kepada kabinet
Hatta.Pergantian ini membuat frustasi Amir Syarifuddin terhadap
pemerintahan.Sebagai ungkapan kekecewaan ,ia bersama kawan-kawannya membentuk
Front Demokrasi Rakyat(FDR) yang menempatkan diri sebagai oposisi
pemerintahan.Pada puncaknya kelompok ini melakukan penghianatan terhadap RI
pada 18 september 1948 yang terkenal sebagai Pemberontakan PKI di Madiun.
Dalam situasi seperti itu , Belanda kembali
mengingkari janjinya.Pada 19 Desember 1948 Belanda dibawah koordinasi Dr.Bell
melancarkan agresi militer kedua.Dengan
pasukan lintas udara yang dimilikinya,Belanda terlebih dahulu menyerang
Pangkalan Udara Maguwo.Setelah Maguwo dikuasai ,sasaran beralih langsung ke Ibu
kota RI di Yogyakarta.Pesawat-pesawat terbang belanda segera menghujani
jalan,jembatan,dan barak-barak militer dengan bom dan roket.
Dalam
serangan itu Belanda berhasil menawan presiden,wakil presiden,dan beberapa
pejabat tinggi lainnya.Presiden Soekarno diterbangkan ke Prapat (Dekat Danau Toba)
dan kemudian ke Bangka.Wakil presiden Hatta langsung ditawan di Bangka.Setekah
itu Belanda menyiarkan berita keseluruh dunia yang menyatakan bahwa RI sudah
tidak ada dan perlawanan TNI sama sekali
tidak berarti.Propaganda semacam ini jelas menyudutkan kedudukan RI di mata
dunia Internasional.
Kendati demikian,sebelum para pemimpin republik
ditawan,Presiden Soekarno masih semoat memimpin sidang kabinet secara
singkat.Hasil sidang kabinet tersebut yakni sebagai berikut :
a.Pemerintahan Republik Indonesia memberikan
mandat melalu radiogram kepada Menteri Kemakmuran Mr.Syafruddin Prawiranegara
untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia(PDRI)
dibukittinggi,Sumatra.
b.Presiden dan Wapres tetap tinggal didalam kota
agar tetap dekat dengan KTN dengan resiko ditawan Belanda.
c.Pemimpin TNI akan menyingkir keluar kota untuk
melaksanakan perang gerilya dengan membentuk wilayah komando di Jawa dan
Sumatra.
Agresi Militer Belanda 2 ini mengundang reaksi
dan kecaman dari dunia internasional.Belanda dinilai selalu mengganggu
ketertiban dan perdamaian dunia.Belanda pun dianggap tidak menghormati setiap
persetujuan yang dibuatnya.Oleh karena itu,Dewan Keamanan PBB mulai
membicarakan agresi Belanda yang kedua ini.Dalam pertemuan tanggal 28 January
1949,Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang memerintahkan penghentian
semua operasi militer Belanda dan penghentian semua aktivitas gerilya tentara
Republik.
Selain mendapat tekanan dari DK PBB, aksi
militer Belanda kedua ini ternyata tidak didukung oleh negara boneka buatannya
sendiri.Negara Indonesia Timur dan Negara Pasundah mencela serta memprotes
Agresi militer kedua ini.Demikian juga Amerika Serikat yang secara positif
telah mengubah pandangan atas Indonesia,segera memberikan tekanan politik
kepada Belanda.AS mengancam tidak akan memberikan bantuan dana dari program Marshall Plan kepada Belanda.
Akibat terus menerus mendapatkan tekanan politik
dari dunia internasional dan semakin besarnya kemampuan pasukan Republik
melancarkan serangn gerilya,akhirnya Belanda menerima resoulusi DK
PBB.Resoulusi DK PBB itu telah mengakhiri aksi Belanda dalam agresi militer
keduanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar