Sabtu, 24 November 2012

Agresi Militer Belanda 2


Agresi Militer Belanda 2 (19 Desember-28 January 1949)
Pasca agresi militer 1 kembali pihak RI dan Belanda berunding diatas kapal USS Renville dengan pengawasan misi PBB Komisi Tiga Negara (KTN) pada 17 january 1948.Atas dasar kesepakatan yang dicapai dalam persetujuan Renville tentara republik terpaksa harus mengosongkan daerah gerilya yang begitu luas,terutama di Jawa Barat dan Jawa Timur.Anggota divisi Siliwagi daan divisi Brawijaya dihijrahkan ke yogyakarta .Mereka jadi berada dibelakang garis demarkasi belanda.Hilangnya daerah –daerah kantong gerilya ,jelas menguntungkan pihak Belanda.
Hijrahnya pasukan Republik ke Yogyakarta menimbulkan kekecewaan dari kalangan pemimpin TNI,bahkan ada yang meminta berhenti sebagai ungkapan protes.Letjen Oerip Soeharto Soemohardjo dan Mayjen.Didi Kartasasmita menentang keras pelaksanaan hijrah tersebut.Hal itu berujung dengan pengunduran diri Letjen Oerip Soemohardjo dari jabatannya.Dengan demikian timbullah restrukturisasi dikalangan TNI.
Didalam tubuh pemerintahan RI sendiri terjadi kegoncangan dengan bergantinya Kabinet Amir Syarifuddin kepada kabinet Hatta.Pergantian ini membuat frustasi Amir Syarifuddin terhadap pemerintahan.Sebagai ungkapan kekecewaan ,ia bersama kawan-kawannya membentuk Front Demokrasi Rakyat(FDR) yang menempatkan diri sebagai oposisi pemerintahan.Pada puncaknya kelompok ini melakukan penghianatan terhadap RI pada 18 september 1948 yang terkenal sebagai Pemberontakan PKI di Madiun.
Dalam situasi seperti itu , Belanda kembali mengingkari janjinya.Pada 19 Desember 1948 Belanda dibawah koordinasi Dr.Bell melancarkan agresi militer kedua.Dengan pasukan lintas udara yang dimilikinya,Belanda terlebih dahulu menyerang Pangkalan Udara Maguwo.Setelah Maguwo dikuasai ,sasaran beralih langsung ke Ibu kota RI di Yogyakarta.Pesawat-pesawat terbang belanda segera menghujani jalan,jembatan,dan barak-barak militer dengan bom dan roket.
Dalam serangan itu Belanda berhasil menawan presiden,wakil presiden,dan beberapa pejabat tinggi lainnya.Presiden Soekarno diterbangkan ke Prapat (Dekat Danau Toba) dan kemudian ke Bangka.Wakil presiden Hatta langsung ditawan di Bangka.Setekah itu Belanda menyiarkan berita keseluruh dunia yang menyatakan bahwa RI sudah tidak ada  dan perlawanan TNI sama sekali tidak berarti.Propaganda semacam ini jelas menyudutkan kedudukan RI di mata dunia Internasional.
Kendati demikian,sebelum para pemimpin republik ditawan,Presiden Soekarno masih semoat memimpin sidang kabinet secara singkat.Hasil sidang kabinet tersebut yakni sebagai berikut :
a.Pemerintahan Republik Indonesia memberikan mandat melalu radiogram kepada Menteri Kemakmuran Mr.Syafruddin Prawiranegara untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia(PDRI) dibukittinggi,Sumatra.
b.Presiden dan Wapres tetap tinggal didalam kota agar tetap dekat dengan KTN dengan resiko ditawan Belanda.
c.Pemimpin TNI akan menyingkir keluar kota untuk melaksanakan perang gerilya dengan membentuk wilayah komando di Jawa dan Sumatra.
Agresi Militer Belanda 2 ini mengundang reaksi dan kecaman dari dunia internasional.Belanda dinilai selalu mengganggu ketertiban dan perdamaian dunia.Belanda pun dianggap tidak menghormati setiap persetujuan yang dibuatnya.Oleh karena itu,Dewan Keamanan PBB mulai membicarakan agresi Belanda yang kedua ini.Dalam pertemuan tanggal 28 January 1949,Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang memerintahkan penghentian semua operasi militer Belanda dan penghentian semua aktivitas gerilya tentara Republik.
Selain mendapat tekanan dari DK PBB, aksi militer Belanda kedua ini ternyata tidak didukung oleh negara boneka buatannya sendiri.Negara Indonesia Timur dan Negara Pasundah mencela serta memprotes Agresi militer kedua ini.Demikian juga Amerika Serikat yang secara positif telah mengubah pandangan atas Indonesia,segera memberikan tekanan politik kepada Belanda.AS mengancam tidak akan memberikan bantuan dana dari program Marshall Plan kepada Belanda.
Akibat terus menerus mendapatkan tekanan politik dari dunia internasional dan semakin besarnya kemampuan pasukan Republik melancarkan serangn gerilya,akhirnya Belanda menerima resoulusi DK PBB.Resoulusi DK PBB itu telah mengakhiri aksi Belanda dalam agresi militer keduanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar